Senin, 29 Desember 2014
Taman Sukasada
Ujung yang terkenal sebagai istana air (water palace), merupakan situs
bersejarah peninggalan Kerajaan Karangasem yang terletak di Dusun Ujung, Desa
Tumbu, Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem. Jaraknya sekitar 5 km dari
Amlapura (ibu kota Kabupaten Karangasem) atau sekitar 60 km dari Denpasar.
Istana air yang indah ini dibangun pada tahun 1919, pada masa pemerintahan Raja
I Gusti Bagus Jelantik, dan diresmikan penggunaannya pada tahun 1921.
Taman
Sukasada merupakan tempat peristirahatan raja-raja Bali pada jaman dulu. Obyek
wisata di Bali yang satu ini memiliki keindahan seni arsitektur bangunan dengan
latar belakang lautan yang meneduhkan mata. Lokasi Taman Sukasada berada di
tepi pantai sedangkan jalan raya menuju taman berada di ketinggian. Setiap
wisatawan yang datang kesana bisa menyaksikan betapa mengagumkan budaya Bali di
Sukasada.
Sesuai
predikatnya sebagai istana air, Taman Sukasada Ujung memiliki tiga buah kolam
yang besar dan luas. Di tengah kolam I, di sisi paling utara, terdapat bangunan
utama yang disebut “Bale Gili” yang dihubungkan dengan jembatan menuju arah
selatan. Di tengah-tengah kolam I terdapat patung-patung dan pot-pot bunga. Di
sebelah barat kolam I, di tempat yang agak tinggi terdapat bangunan berbentuk
bundar, yang disebut “Bale Bunder” yang difungsikan sebagai tempat untuk
menikmati keindahan taman dan panorama alam di sekitarnya. Jika cuaca sedang
cerah, dari Bale Bunder ini pengunjung bisa melihat pemandangan Gunung Agung,
lautan biru, hingga Gunung Rinjani Pulau Lombok di kejauhan Di sebelah barat
laut Bale Bunder, pada areal terasering yang tinggi terdapat bangunan persegi
empat panjang yang disebut “Bale Lunjuk”. Ada sekitar 107 anak tangga menuju
bangunan ini dari arah timur. Di tengah kolam II, di sisi selatan kolam I,
terdapat bangunan yang disebut “Bale Kambang.” Bangunan ini dulunya berfungsi
sebagai tempat jamuan makan untuk para tamu kerajaan.
Di
sebelah timur kolam II, terdapat kolam III yang disebut “Kolam Dirah” dan
merupakan kolam pertama yang dibuat oleh Raja Karangasem. Di areal sebelah
utara taman, di tempat yang tinggi terdapat patung “warak” (badak) dan juga
patung “banteng” yang dari mulut kedua patung tersebut air memancur keluar
menuju kolam. Dan sekitar 250 meter di sebelah utara taman ini tedapat sebuah
pura bernama “Pura Manikan” yang juga dibangun oleh Raja Karangasem.
Bangunan
utama Taman Sukasada Bali berupa gazebo, yaitu rumah kecil tanpa dinding yang
dikelilingi oleh kolam air. Gazebo Taman Ujung berada pada kurang lebih 20
meter dari jembatan tempat memasuki kawasan taman. Pemandangan alam dari gazebo
sungguh mengagumkan. Bila wisatawan berdiri di atas gazebo maka mereka bisa
menyaksikan deburan ombak laut lepas. Beberapa pilar berukuran tinggi dan besar
berada tak jauh dari gazebo.
Untuk
mencapai pilar tersebut, wisatawan harus menaiki anak tangga yang jumlahnya
ratusan buah. Pemandangan ini akan mengingatkan kita pada kuil-kuil kuno jaman
Romawi dan Yunani. Kondisi Taman Sukasada sangat bersih dan terawat. Beberapa
bangunan antik seperti gazebo dan pilar-pilar megah tersebut menambah daya
tarik pariwisata Bali. Ya, taman Sukasada merupakan perpaduan beberapa
pemandangan wisata alam, yaitu tempat wisata pantai, pemandangan persawahan
yang hijau, kolam air yang menyejukkan mata, dan perpaduan gaya seni
arsitektur.
Adapun
kendala yang dapat menghambat berkembangnya objek wisata budaya ini yaitu,
fasilitas penunjang pariwisata yang belum memadai. Seperti Fasilitas Restoran
misalnyanya. Selama ini para pengunjung, baik domestik maupun mancanegara, kesulitan meski hanya untuk mendapatkan satu
kaleng air mineral di Taman Ujung. Jangankan restoran yang representatif,
sekedar warung pun nyaris tak ada.
Selain
itu fasilitas seperti kios-kios souvenir yang mestinya harus ada di objek
wisata sekelas Taman Ujung. Kendati ada tapi masih belum memadai. Di sisi timur yang menjadi satu dengan tempat
parkir, memang sudah dibangun beberapa kios yang awalnya diharapkan bisa
membangkitkan kreatifitas warga di sekitar Taman Ujung. Namun kenyataannya
tidak demikian. Masih belum maksimalnya tingkat kunjungan wisatawan sepertinya
membuat warga enggan untuk mencoba peruntungan memanfaatkan kios-kios yang
dibangun pemerintah daerah tersebut.
Untuk mengatasi
kendala-kendala tersebut ada beberapa hal yang dapat kita lakukan, seperti
membangun komplek kios-kios dan rumah makan disekitar objek wisata tersebut. Kemudian
meyakinkan masyarakat untuk ikut berpartisipatif dalam pengembangan objek
wisata tersebut. Karena dalam mengembuangkan suatu objek wisata diperlukan
suatu kerja sama tidak hanya diantara pengelola-pengelola objek wisata
tersebut, melainkan juga dengan pemerintah dan
masyarakat setempat, oleh karena itu kerjasama diantara
komponen-komponen tersebbut sangat diperlukan. Contoh kecilnya, hal tersebut
dapat dilakukan dengan menyediakan lapak dengan harga sewa yang sedikit lebih
murah, sehingga dari masyarakat sendiri tertarik untuk mencoba, yang mana dalam
perkembangannya dapat ditingkatkan sesuai dengan progress dari objek wisata itu
sendiri. Sehingga diharapkan nantinya antara aspek social dan ekonomi daerah
setempat dapat berjalan seimbang.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Search
Popular Posts
-
Ngaben merupakan upacara kremasi atau pembakaran jenazah di Bali, Indonesia. Upacara adat Ngaben merupakan sebuah ritual yang dilakukan u...
-
Kerta Gosa adalah salah satu objek wisata terkenal yang terdapat di Kabupaten Klungkung. Tempat dengan arsitektur khas Bali ini terkenal...
-
Desa Penglipuran masuk dalam wilayah administrasi Kelurahan Kubu, Kabupaten Bangli. Letaknya di jalan utama Kintamani – Bangli. Kata “Pen...
-
Pantai Balangan terletak di sebelah Utara pantai Dreamland & Selatan pantai Kuta, tepatnya di wilayah bukit Ungg...
-
Nama saya Ni Luh Putu Sarasswati, saya lahir di Kediri, Jawa Timur pada tanggal 29 Februari tahun 1996. Saat ini saya sedang duduk di bangku...
-
Taman Sukasada Ujung yang terkenal sebagai istana air (water palace), merupakan situs bersejarah peninggalan Kerajaan Karangasem yang ter...
-
Jatiluwih terletak di Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Pulau Bali, Indonesia. Jatiluwih terdiri dari kata Jati dan Luwih, yang arti...
0 komentar:
Posting Komentar