Senin, 29 Desember 2014

On 09.26 by Be True Be You in ,    No comments

Kerta Gosa adalah salah satu objek wisata terkenal yang terdapat di Kabupaten Klungkung. Tempat dengan arsitektur khas Bali ini terkenal dengan keunikan Balai Peradilannya. Tempat ini berjarak kira-kira 40 km ke arah timur dari Denpasar dan dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor sekitar 45 menit atau lebih melalui Jalan By Pass Prof. Dr. Ida Bagus Mantra.
Kerta Gosa adalah obyek wisata peninggalan budaya Kraton Semarapura, yang pada jaman dahulu Kerta difungsikan sebagai tempat diskusi mengenai situasi keamanan, keadilan dan kemakmuran wilayah kerajaan Bali, atau disebut dengan tempat pengadilan di Bali pada jaman dulu.
Kerta Gosa terdiri dari dua buah bangunan, yaitu Bale Kerta Gosa dan Bale Kambang. Bangunan Bale Kambang dikelilingi kolam yang disebut Taman Gili. Keunikan dari kedua bangunan tersebut adalah pada langit – langit bangunan, terdapat lukisan wayang yang mengambarkan kasus yang disidangkan, serta jenis – jenis hukuman yang akan diterima, jika melakukan kesalahan.
Dari berbagai sumber menyebutkan, fungsi kedua bangunan terkait erat dengan fungsi pendidikan lewat lukisan-lukisan wayang yang dipaparkan pada langit-langit bangunan. Lukisan-lukisan itu, konon, merupakan rangkaian dari suatu cerita dengan tema pokok parwa, Swargarokanaparwa dan Bima Swarga yang memberi petunjuk hukuman karma phala (akibat dari baik-buruknya perbuatan yang dilakukan manusia selama hidupnya) serta penitisan kembali ke dunia karena perbuatan dan dosa-dosanya.
Secara psikologis, tema-tema lukisan yang menghiasi langit-langit bangunan Kerta Gosa memuat nilai-nilai pendidikan mental dan spiritual. Lukisan-lukisan di bangunan sejarah itu dibagi menjadi enam deretan secara bertingkat-tingkat. Deretan paling bawah menggambarkan tema yang berasal dari ceritera Tantri. Deretan kedua dari bawah menggambarkan tema cerita Bimaswarga dalam Swargarakanaparwa. Deretan selanjutnya bertemakan cerita Bagawan Kasyapa. Deretan keempat mengambil tema Palalindon, yaitu ciri dan makna terjadinya gempa bumi secara mitologis. Lanjutan cerita bertemakan Bimaswarga terlukiskan pada deretan kelima yang letaknya sudah hampir pada kerucut langit-langit bangunan. Di deretan terakhir atau keenam ditempati oleh gambaran tentang kehidupan nirwana.
Selain di langit-langit bangunan Kerta Gosa, lukisan wayang juga menghiasi langit-langit bangunan di sebelah barat Kerta Gosa, tepatnya di Bale Kambang. Pada langit-langit Bale Kambang ini lukisan wayang dengan tema cerita Kakawin Ramayana dan Sutasoma. Pengambilan tema Kakawin ini memberi petunjuk bahwa fungsi bangunan Bale Kambang merupakan tempat diselenggarakannya upacara keagamaan Manusa Yadnya, yaitu kegiatan potong gigi putra-putri raja di Klungkung.
Daya tarik Kerta Gosa, selain berupa lukisan-lukisan tradisional bergaya Kamasan di Bale Kerta Gosa dan Bale Kambang, juga terletak pada peninggalan penting lainnya yang masih berada di sekitarnya. Sebagai pemedal agung (pintu gerbang atau gapura), peninggalan-peninggalan ini tak dapat dipisahkan nilai sejarahnya.
Pemedal Agung terletak di sebelah barat Kerta Gosa yang sangat memancarkan nilai peninggalan budaya kraton. Pada peninggalan sejarah ini terkandung pula nilai seni arsitektur tradisional Bali. Gapura inilah yang pernah berfungsi sebagi penopang mekanisme kekuasaan pemegang tahta (Dewa Agung) di Klungkung selama lebih dari 200 tahun (1686-1908). Puing tertinggi yang masih tersisa adalah Kerta Gosa, Bale Kambang dengan Taman Gili-nya serta Gapura Kraton.
Adapun kendala yang dapat menghambat berkembangnya objek wisata tersebut yaitu kurangnya pemeliharaan dari objek peninggalan budaya itu sendiri. Hal tersebut terjadi karena masih adanya konflik tarik ulur siapa yang berhak mengelola dan mendapatkan kontribusi hasil dari kunjungan wisatawan itu.
Oleh sebab itu hal yang dapat dilakukan untuk menangani permasalahan tersebut yaitu, pertama mnyelesaikan terlebih dahulu permasalahn yang terjadi di dalam proses pengelolaan objek wisatawan tersebut. Sehingga dalam perbaikan terhadap beberapa objek budaya yang terdapat pada objek wisata kertagosa dapat segera dilakukan, serta pemeliharaannya kedepan dapat tetap dilakukan secara berkesinambungan. Begitu pula dengan sumber dana yang digunakan dalam pemeliharaannya, baik bersumber dari pemerintah setempat maupun pemerintah pusat supaya tetap terjalin komunikasi yang lancer atas dana yang diperlukan dan yang digunakan. Selain itu juga diperlukan  usaha untuk memperkenalkan(promosi) terhadap objek wisata tersebut untuk lebih ditingkatkan, baik melalui bedia elektronik maupun media sosial.

0 komentar:

Posting Komentar