Selasa, 30 Desember 2014

On 07.09 by Unknown in    2 comments
Desa Penglipuran masuk dalam wilayah administrasi Kelurahan Kubu, Kabupaten Bangli. Letaknya di jalan utama Kintamani – Bangli. Kata “Penglipuran” berasal dari kata “Pengeling Pura”. Artinya, tempat suci untuk mengenang para leluhur. Jaraknya sekitar 45 km dari Kota Denpasar. Desa  Penglipuran memiliki luas sekitar 112 Ha., yang terdiri dari tegalan, hutan bambu, permukiman, dan beragam fasilitas umum seperti pura, sekolah, dan fasilitas umum lainnya. Berada di perbukitan dengan ketinggian berkisar 700 m dpl, menjadikan Panglipuran sebagai kawasan yang cukup sejuk.

Desa Penglipuran merupakan salah satu desa di Bali yang sampai saat ini masih memegang teguh budayanya. Jika kita ingin melihat kawasan permukiman adat yang tertata dengan rapi dan sangat konseptual, Penglipuran lah tempatnya. Jika ingin mengenal konsep permukiman yang sangat kental dengan kearifan lokal, Penglipuran lah salah satu yang

layak dituju. Tidak heran jika desa ini sering dijadikan lokasi tujuan bagi para mahasiswa arsitektur atau perencanaan perkotaan sebagai salah satu objek kunjungan studinya. Tentunya selain sebagai obyek wisata yang ramai dikunjungi oleh wisatawan baik domestik maupun mancanegara



Desa Penglipuran memiliki ciri khas tersendiri denganbentuk arsitektur bangunan rumah tradisional yang serupa dan tersusun rapimulai dari ujung utama desa sampai bagian hilir desa. Posisi daerah utama letaknya lebih tinggi dan semakin menurun sampai kedaerah hilir. Pintu gerbang khas Bali (angkul-angkul) yang merupakan akses menuju rumah penduduk yang berada setiap pekarangan terlihat seragam, saling berhadapan dan dipisahkan dengan jalan utama desa menambah keteraturan letak bangunan Desa Penglipuran. Penataan fisik dan struktur desa ini tidak terlepas dari budaya masyarakatnya yang sudah diwariskan secara turun temurun dan tetap menganut falsafah Tri Hita Karana. Sebuah falsafah dalam agama Hindu yang selalu menjaga keharmonisan hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungan dan manusia dengan Tuhan.

Desa Wisata Penglipuran terlihat begitu asri. Keasrian kawasan telah menerpa pengunjung saat pertama kaki melangkah memasuki kawasan. Selain asri, juga sangat bersih. Sangat sulit untuk menemukan sampah yang tercecer di sana, apalagi onggokan sampah. Tidak ada sama sekali. Di beberapa sudut disediakan tempat sampah dengan desain yang cukup unik. Kerimbunan pepohonan di sepanjang jalan utama yang membelah desa juga menambah suasana asri. Di sekitar pintu gerbang masuk desa terdapat area yang dinamakan catus pata yang merupakan area yang terdiri dari balai desa, fasilitas masyarakat, dan ruang terbuka hijau berupa taman nan asri. Semuanya  tertata dengan apik.


Selain suasananya yang asri dan sangat mengagumkan, penduduk desa juga sangat ramah terhadap setiap tamu yang datang. Sempat memasuki beberapa rumah yang ada, mereka menyapa dengan ramah, “Silakan masuk Bu, lihat-lihat di dalam”. Mereka dengan ramah berusaha menjelaskan tentang Desa Wisata Penglipuran. Di dalam rumah yang dikunjungi ternyata kita dapat menemukan beberapa pengrajin yang sedang membuat beragam kerajinan khas Bali. Belum sempat bertanya, mereka sudah menjelaskan, “Kami hanya diperbolehkan untuk berjualan di dalam area rumah masing-masing, tidak diperbolehkan jualan di sepanjang jalan utama”

Di ujung jalan utama terlihat pura yang merupakan landmark kawasan. Sebuah pura yang menjadi pusat aktivitas keagamaan masyarakat Desa Penglipuran. Seperti desa adat lainnya, banyak ritual keagamaan yang terselenggara di sana. Ada pula ritual yang dilakukan setiap hari.

2 komentar:

  1. saras kamu ngerti bahasa html ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaa call.. kebetulan wktu SMK aq ambil jurusan RPL-Web Design,, jd aq ngerti yg begini :)

      Hapus