Selasa, 30 Desember 2014

On 07.09 by Unknown in    2 comments
Desa Penglipuran masuk dalam wilayah administrasi Kelurahan Kubu, Kabupaten Bangli. Letaknya di jalan utama Kintamani – Bangli. Kata “Penglipuran” berasal dari kata “Pengeling Pura”. Artinya, tempat suci untuk mengenang para leluhur. Jaraknya sekitar 45 km dari Kota Denpasar. Desa  Penglipuran memiliki luas sekitar 112 Ha., yang terdiri dari tegalan, hutan bambu, permukiman, dan beragam fasilitas umum seperti pura, sekolah, dan fasilitas umum lainnya. Berada di perbukitan dengan ketinggian berkisar 700 m dpl, menjadikan Panglipuran sebagai kawasan yang cukup sejuk.

Desa Penglipuran merupakan salah satu desa di Bali yang sampai saat ini masih memegang teguh budayanya. Jika kita ingin melihat kawasan permukiman adat yang tertata dengan rapi dan sangat konseptual, Penglipuran lah tempatnya. Jika ingin mengenal konsep permukiman yang sangat kental dengan kearifan lokal, Penglipuran lah salah satu yang

layak dituju. Tidak heran jika desa ini sering dijadikan lokasi tujuan bagi para mahasiswa arsitektur atau perencanaan perkotaan sebagai salah satu objek kunjungan studinya. Tentunya selain sebagai obyek wisata yang ramai dikunjungi oleh wisatawan baik domestik maupun mancanegara



Desa Penglipuran memiliki ciri khas tersendiri denganbentuk arsitektur bangunan rumah tradisional yang serupa dan tersusun rapimulai dari ujung utama desa sampai bagian hilir desa. Posisi daerah utama letaknya lebih tinggi dan semakin menurun sampai kedaerah hilir. Pintu gerbang khas Bali (angkul-angkul) yang merupakan akses menuju rumah penduduk yang berada setiap pekarangan terlihat seragam, saling berhadapan dan dipisahkan dengan jalan utama desa menambah keteraturan letak bangunan Desa Penglipuran. Penataan fisik dan struktur desa ini tidak terlepas dari budaya masyarakatnya yang sudah diwariskan secara turun temurun dan tetap menganut falsafah Tri Hita Karana. Sebuah falsafah dalam agama Hindu yang selalu menjaga keharmonisan hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungan dan manusia dengan Tuhan.

Desa Wisata Penglipuran terlihat begitu asri. Keasrian kawasan telah menerpa pengunjung saat pertama kaki melangkah memasuki kawasan. Selain asri, juga sangat bersih. Sangat sulit untuk menemukan sampah yang tercecer di sana, apalagi onggokan sampah. Tidak ada sama sekali. Di beberapa sudut disediakan tempat sampah dengan desain yang cukup unik. Kerimbunan pepohonan di sepanjang jalan utama yang membelah desa juga menambah suasana asri. Di sekitar pintu gerbang masuk desa terdapat area yang dinamakan catus pata yang merupakan area yang terdiri dari balai desa, fasilitas masyarakat, dan ruang terbuka hijau berupa taman nan asri. Semuanya  tertata dengan apik.


Selain suasananya yang asri dan sangat mengagumkan, penduduk desa juga sangat ramah terhadap setiap tamu yang datang. Sempat memasuki beberapa rumah yang ada, mereka menyapa dengan ramah, “Silakan masuk Bu, lihat-lihat di dalam”. Mereka dengan ramah berusaha menjelaskan tentang Desa Wisata Penglipuran. Di dalam rumah yang dikunjungi ternyata kita dapat menemukan beberapa pengrajin yang sedang membuat beragam kerajinan khas Bali. Belum sempat bertanya, mereka sudah menjelaskan, “Kami hanya diperbolehkan untuk berjualan di dalam area rumah masing-masing, tidak diperbolehkan jualan di sepanjang jalan utama”

Di ujung jalan utama terlihat pura yang merupakan landmark kawasan. Sebuah pura yang menjadi pusat aktivitas keagamaan masyarakat Desa Penglipuran. Seperti desa adat lainnya, banyak ritual keagamaan yang terselenggara di sana. Ada pula ritual yang dilakukan setiap hari.
On 06.30 by Unknown in    No comments
Ngaben merupakan upacara kremasi atau pembakaran jenazah di Bali, Indonesia. Upacara adat Ngaben merupakan sebuah ritual yang dilakukan untuk mengirim jenazah pada kehidupan mendatang. Dalam upacara ini, jenazah diletakkan dengan posisi seperti orang tidur. Keluarga yang ditinggalkan pun akan beranggapan bahwa orang yang meninggal tersebut sedang tertidur. Dalam upacara ini, tidak ada air mata karena mereka menganggap bahwa jenazah hanya tidak ada untuk sementara waktu dan menjalani reinkarnasi atau akan menemukan peristirahatan terakhir di Moksha yaitu suatu keadaan dimana jiwa telah bebas dari reinkarnasi dan roda kematian. Upacara ngaben ini juga menjadi simbol untuk menyucikan roh orang yang telah meninggal.
Dalam ajaran agama Hindu, jasad manusia terdiri dari badan halus (roh atau atma) dan badan kasar (fisik). Badan kasar dibentuk oleh lima unsur yang dikenal dengan Panca Maha Bhuta. Kelima unsur ini terddiri dari pertiwi (tanah), teja (api), apah (air), bayu (angin), dan akasa (ruang hampa). Lima unsur ini menyatu membentuk fisik dan kemudian digerakkan oleh roh. Jika seseorang meninggal, yang mati sebenarnya hanya jasad kasarnya saja sedangkan rohnya tidak. Oleh karena itu, untuk menyucikan roh tersebut, perlu dilakukan upacara Ngaben untuk memisahkan roh dengan jasad kasarnya.
Kata Ngaben sendiri mempunyai pengertian bekal atau abu yang semua tujuannya mengarah tentang adanya pelepasan terakhir kehidupan manusia. Dalam ajaran Hindu Dewa Brahma mempunyai beberapa ujud selain sebagai Dewa Pencipta Dewa Brahma dipercaya juga mempunyai ujud sebagai Dewa Api. Jadi upacara Ngaben sendiri adalah proses penyucian roh dengan cara dibakar menggunakan api agar bisa dapat kembali ke sang pencipta, api penjelmaan dari Dewa Brahma bisa membakar semua kekotoran yang melekat pada jasad dan roh orang yang telah meningggal.
Ngaben dilakukan dengan beberapa rangkaian upacara, terdiri dari  berbagai rupa sesajen dengan tidak lupa dibubuhi simbol-simbol layaknya ritual lain yang sering dilakukan umat Hindu di Bali. Upacara Ngaben biasa nya dilalukan secara besar besaran, ini semua memerlukan waktu yang lama, tenaga yang banyak dan juga biaya yang tidak sedikit dan bisa mengakibatkan Ngaben sering dilakukan dalam waktu yang lama setelah kematian.
Pada masa sekarang  ini masyarakat Hindu di Bali sering melakukan Ngaben secara massal / bersama, untuk meghemat biaya yang ada, dimana Jasad orang yang meninggal untuk sementara dikebumikan terlebih dahulu sampai biaya mencukupi baru di laksanakan, namun bagi orang dan keluarga yang mampu upacara ngaben dapat dilakukan secepatnya, untuk sementara waktu jasad disemayamkan di rumah, sambil menunggu waktu yang baik. Ada anggapan kurang baik bila penyimpanan jasad terlalu lama di rumah, karena roh orang yang meninggal tersebut menjadi bingung dan tidak tenang, dia merasa berada hidup diantara 2 alam dan selalu  ingin cepat dibebaskan.
Pelaksanaan Ngaben itu sendiri harus terlebih dahulu berkonsultasi dengan pendeta untuk menetapkankan kapan hari baik untuk dilakukannya upacara.  Sambil menunggu hari baik yang akan ditetapkan, biasanya pihak keluarga dan dibantu masyarakat beramai ramai melakukan Persiapan tempat mayat ( bade/keranda ) dan replica berbentuk lembu  yang terbuat dari bambu, kayu, kertas warna-warni, yang nantinya untuk tempat pembakaran mayat tersebut.
Dipagi harinyasaatupacara ini dilaksanakan, seluruh keluargadanmasyarakat akan berkumpul mempersiapkan upacara. Sebelum upacara dilaksanakan Jasad  terlebih dahulu dibersihkan/dimandikan, Proses pelaksaaan pemandian di pimpin oleh seorang Pendeta atau orang dari golongan kasta Bramana.
Setelah proses pemandian selesai , mayat  dirias dengan mengenakan pakaian baju adat Bali, lalu semua anggota keluarga berkumpul untuk memberikan penghormatan terakhir dan diiringi doa semoga arwah yang diupacarai memperoleh kedamaian dan berada di tempat yang lebih baik.
Mayat yang sudah dimandikan dan mengenakan pakaian tersebut diletakan di dalam“Bade/keranda” lalu di usung secara beramai-ramai, seluruh anggota keluarga dan masyarakat  berbarisdidepan  “Bade/keranda”. Selama dalam perjalanan menuju tempat upacara Ngabentersebut, bila terdapat persimpangan atau pertigaan, Bade/keranda akan diputar putar sebanyak tiga kali, ini dipercaya agar si arwah bingung dan tidak kembali lagi ,dalam pelepasan jenazah  tidak ada isak tangis, tidak baik untuk jenazah tersebut, seakan tidak rela atas kepergiannya.Arak arakan  yang menghantar kepergian jenazah diiringi bunyi gamelan,kidung suci.Pada sisi depan dan belakang Bade/keranda yang di usung terdapat kain putih yang mempunyai makna sebagai jembatan penghubung bagi sang arwah untuk dapat sampai ketempat asalnya.
Setelah sampai dilokasi kuburan atau tempat pembakaran yang sudah disiapkan, mayat di masukan/diletakan diatas/didalam “Replica berbentuk Lembu“ yang sudah disiapkan dengan terlebih dahulu pendeta atau seorang dari kasta Brahmana membacakan mantra dan doa, lalu upacara Ngaben dilaksanakan, kemudian “Lembu” dibakar sampai menjadi abu. Sisa abu dari pembakaran mayat tersebut dimasukan kedalam buah kelapa gading lalu kemudian di larungkan/dihayutkan ke laut atau sungai yang dianggap suci.


Senin, 29 Desember 2014

On 09.36 by Unknown in , ,    No comments
Taman Sukasada Ujung yang terkenal sebagai istana air (water palace), merupakan situs bersejarah peninggalan Kerajaan Karangasem yang terletak di Dusun Ujung, Desa Tumbu, Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem. Jaraknya sekitar 5 km dari Amlapura (ibu kota Kabupaten Karangasem) atau sekitar 60 km dari Denpasar. Istana air yang indah ini dibangun pada tahun 1919, pada masa pemerintahan Raja I Gusti Bagus Jelantik, dan diresmikan penggunaannya pada tahun 1921.

Taman Sukasada merupakan tempat peristirahatan raja-raja Bali pada jaman dulu. Obyek wisata di Bali yang satu ini memiliki keindahan seni arsitektur bangunan dengan latar belakang lautan yang meneduhkan mata. Lokasi Taman Sukasada berada di tepi pantai sedangkan jalan raya menuju taman berada di ketinggian. Setiap wisatawan yang datang kesana bisa menyaksikan betapa mengagumkan budaya Bali di Sukasada.

Sesuai predikatnya sebagai istana air, Taman Sukasada Ujung memiliki tiga buah kolam yang besar dan luas. Di tengah kolam I, di sisi paling utara, terdapat bangunan utama yang disebut “Bale Gili” yang dihubungkan dengan jembatan menuju arah selatan. Di tengah-tengah kolam I terdapat patung-patung dan pot-pot bunga. Di sebelah barat kolam I, di tempat yang agak tinggi terdapat bangunan berbentuk bundar, yang disebut “Bale Bunder” yang difungsikan sebagai tempat untuk menikmati keindahan taman dan panorama alam di sekitarnya. Jika cuaca sedang cerah, dari Bale Bunder ini pengunjung bisa melihat pemandangan Gunung Agung, lautan biru, hingga Gunung Rinjani Pulau Lombok di kejauhan Di sebelah barat laut Bale Bunder, pada areal terasering yang tinggi terdapat bangunan persegi empat panjang yang disebut “Bale Lunjuk”. Ada sekitar 107 anak tangga menuju bangunan ini dari arah timur. Di tengah kolam II, di sisi selatan kolam I, terdapat bangunan yang disebut “Bale Kambang.” Bangunan ini dulunya berfungsi sebagai tempat jamuan makan untuk para tamu kerajaan.

Di sebelah timur kolam II, terdapat kolam III yang disebut “Kolam Dirah” dan merupakan kolam pertama yang dibuat oleh Raja Karangasem. Di areal sebelah utara taman, di tempat yang tinggi terdapat patung “warak” (badak) dan juga patung “banteng” yang dari mulut kedua patung tersebut air memancur keluar menuju kolam. Dan sekitar 250 meter di sebelah utara taman ini tedapat sebuah pura bernama “Pura Manikan” yang juga dibangun oleh Raja Karangasem.
 
Bangunan utama Taman Sukasada Bali berupa gazebo, yaitu rumah kecil tanpa dinding yang dikelilingi oleh kolam air. Gazebo Taman Ujung berada pada kurang lebih 20 meter dari jembatan tempat memasuki kawasan taman. Pemandangan alam dari gazebo sungguh mengagumkan. Bila wisatawan berdiri di atas gazebo maka mereka bisa menyaksikan deburan ombak laut lepas. Beberapa pilar berukuran tinggi dan besar berada tak jauh dari gazebo.

Untuk mencapai pilar tersebut, wisatawan harus menaiki anak tangga yang jumlahnya ratusan buah. Pemandangan ini akan mengingatkan kita pada kuil-kuil kuno jaman Romawi dan Yunani. Kondisi Taman Sukasada sangat bersih dan terawat. Beberapa bangunan antik seperti gazebo dan pilar-pilar megah tersebut menambah daya tarik pariwisata Bali. Ya, taman Sukasada merupakan perpaduan beberapa pemandangan wisata alam, yaitu tempat wisata pantai, pemandangan persawahan yang hijau, kolam air yang menyejukkan mata, dan perpaduan gaya seni arsitektur.

Adapun kendala yang dapat menghambat berkembangnya objek wisata budaya ini yaitu, fasilitas penunjang pariwisata yang belum memadai. Seperti Fasilitas Restoran misalnyanya. Selama ini para pengunjung, baik domestik maupun mancanegara,  kesulitan meski hanya untuk mendapatkan satu kaleng air mineral di Taman Ujung. Jangankan restoran yang representatif, sekedar warung pun nyaris tak ada.
Selain itu fasilitas seperti kios-kios souvenir yang mestinya harus ada di objek wisata sekelas Taman Ujung. Kendati ada tapi masih belum memadai.  Di sisi timur yang menjadi satu dengan tempat parkir, memang sudah dibangun beberapa kios yang awalnya diharapkan bisa membangkitkan kreatifitas warga di sekitar Taman Ujung. Namun kenyataannya tidak demikian. Masih belum maksimalnya tingkat kunjungan wisatawan sepertinya membuat warga enggan untuk mencoba peruntungan memanfaatkan kios-kios yang dibangun pemerintah daerah tersebut.


Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut ada beberapa hal yang dapat kita lakukan, seperti membangun komplek kios-kios dan rumah makan disekitar objek wisata tersebut. Kemudian meyakinkan masyarakat untuk ikut berpartisipatif dalam pengembangan objek wisata tersebut. Karena dalam mengembuangkan suatu objek wisata diperlukan suatu kerja sama tidak hanya diantara pengelola-pengelola objek wisata tersebut, melainkan juga dengan pemerintah dan  masyarakat setempat, oleh karena itu kerjasama diantara komponen-komponen tersebbut sangat diperlukan. Contoh kecilnya, hal tersebut dapat dilakukan dengan menyediakan lapak dengan harga sewa yang sedikit lebih murah, sehingga dari masyarakat sendiri tertarik untuk mencoba, yang mana dalam perkembangannya dapat ditingkatkan sesuai dengan progress dari objek wisata itu sendiri. Sehingga diharapkan nantinya antara aspek social dan ekonomi daerah setempat dapat berjalan seimbang.

 
On 09.26 by Unknown in ,    No comments

Kerta Gosa adalah salah satu objek wisata terkenal yang terdapat di Kabupaten Klungkung. Tempat dengan arsitektur khas Bali ini terkenal dengan keunikan Balai Peradilannya. Tempat ini berjarak kira-kira 40 km ke arah timur dari Denpasar dan dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor sekitar 45 menit atau lebih melalui Jalan By Pass Prof. Dr. Ida Bagus Mantra.
Kerta Gosa adalah obyek wisata peninggalan budaya Kraton Semarapura, yang pada jaman dahulu Kerta difungsikan sebagai tempat diskusi mengenai situasi keamanan, keadilan dan kemakmuran wilayah kerajaan Bali, atau disebut dengan tempat pengadilan di Bali pada jaman dulu.
Kerta Gosa terdiri dari dua buah bangunan, yaitu Bale Kerta Gosa dan Bale Kambang. Bangunan Bale Kambang dikelilingi kolam yang disebut Taman Gili. Keunikan dari kedua bangunan tersebut adalah pada langit – langit bangunan, terdapat lukisan wayang yang mengambarkan kasus yang disidangkan, serta jenis – jenis hukuman yang akan diterima, jika melakukan kesalahan.
Dari berbagai sumber menyebutkan, fungsi kedua bangunan terkait erat dengan fungsi pendidikan lewat lukisan-lukisan wayang yang dipaparkan pada langit-langit bangunan. Lukisan-lukisan itu, konon, merupakan rangkaian dari suatu cerita dengan tema pokok parwa, Swargarokanaparwa dan Bima Swarga yang memberi petunjuk hukuman karma phala (akibat dari baik-buruknya perbuatan yang dilakukan manusia selama hidupnya) serta penitisan kembali ke dunia karena perbuatan dan dosa-dosanya.
Secara psikologis, tema-tema lukisan yang menghiasi langit-langit bangunan Kerta Gosa memuat nilai-nilai pendidikan mental dan spiritual. Lukisan-lukisan di bangunan sejarah itu dibagi menjadi enam deretan secara bertingkat-tingkat. Deretan paling bawah menggambarkan tema yang berasal dari ceritera Tantri. Deretan kedua dari bawah menggambarkan tema cerita Bimaswarga dalam Swargarakanaparwa. Deretan selanjutnya bertemakan cerita Bagawan Kasyapa. Deretan keempat mengambil tema Palalindon, yaitu ciri dan makna terjadinya gempa bumi secara mitologis. Lanjutan cerita bertemakan Bimaswarga terlukiskan pada deretan kelima yang letaknya sudah hampir pada kerucut langit-langit bangunan. Di deretan terakhir atau keenam ditempati oleh gambaran tentang kehidupan nirwana.
Selain di langit-langit bangunan Kerta Gosa, lukisan wayang juga menghiasi langit-langit bangunan di sebelah barat Kerta Gosa, tepatnya di Bale Kambang. Pada langit-langit Bale Kambang ini lukisan wayang dengan tema cerita Kakawin Ramayana dan Sutasoma. Pengambilan tema Kakawin ini memberi petunjuk bahwa fungsi bangunan Bale Kambang merupakan tempat diselenggarakannya upacara keagamaan Manusa Yadnya, yaitu kegiatan potong gigi putra-putri raja di Klungkung.
Daya tarik Kerta Gosa, selain berupa lukisan-lukisan tradisional bergaya Kamasan di Bale Kerta Gosa dan Bale Kambang, juga terletak pada peninggalan penting lainnya yang masih berada di sekitarnya. Sebagai pemedal agung (pintu gerbang atau gapura), peninggalan-peninggalan ini tak dapat dipisahkan nilai sejarahnya.
Pemedal Agung terletak di sebelah barat Kerta Gosa yang sangat memancarkan nilai peninggalan budaya kraton. Pada peninggalan sejarah ini terkandung pula nilai seni arsitektur tradisional Bali. Gapura inilah yang pernah berfungsi sebagi penopang mekanisme kekuasaan pemegang tahta (Dewa Agung) di Klungkung selama lebih dari 200 tahun (1686-1908). Puing tertinggi yang masih tersisa adalah Kerta Gosa, Bale Kambang dengan Taman Gili-nya serta Gapura Kraton.
Adapun kendala yang dapat menghambat berkembangnya objek wisata tersebut yaitu kurangnya pemeliharaan dari objek peninggalan budaya itu sendiri. Hal tersebut terjadi karena masih adanya konflik tarik ulur siapa yang berhak mengelola dan mendapatkan kontribusi hasil dari kunjungan wisatawan itu.
Oleh sebab itu hal yang dapat dilakukan untuk menangani permasalahan tersebut yaitu, pertama mnyelesaikan terlebih dahulu permasalahn yang terjadi di dalam proses pengelolaan objek wisatawan tersebut. Sehingga dalam perbaikan terhadap beberapa objek budaya yang terdapat pada objek wisata kertagosa dapat segera dilakukan, serta pemeliharaannya kedepan dapat tetap dilakukan secara berkesinambungan. Begitu pula dengan sumber dana yang digunakan dalam pemeliharaannya, baik bersumber dari pemerintah setempat maupun pemerintah pusat supaya tetap terjalin komunikasi yang lancer atas dana yang diperlukan dan yang digunakan. Selain itu juga diperlukan  usaha untuk memperkenalkan(promosi) terhadap objek wisata tersebut untuk lebih ditingkatkan, baik melalui bedia elektronik maupun media sosial.

On 09.13 by Unknown in ,    No comments

Jatiluwih terletak di Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Pulau Bali, Indonesia. Jatiluwih terdiri dari kata Jati dan Luwih, yang artinya benar benar indah. Jatiluwih dengan latar belakang Gunung Batukaru, terletak pada ketinggian 700 m diatas permukaan laut dan berhawa sejuk serta suasananya terasa nyaman. 

Jatiluwih memiliki pemandangan alam yang indah. Sebagian besar daerahnya merupakan daerah persawahan yang dibuat berundak (bertingkat) atau dikenal dengan sawah berteras khas Bali yang akan membuat Anda semakin mengangguminya. Daerah persawahan ini berbentuk teras dengan luas sekitar 636 hektar. Sawah ini menggunakan sistem pengairan subak yaitu sistem pengairan atau irigasi tradisional Bali yang berbasis masyarakat. Subak memiliki pura yang dibangun untuk dewi kemakmuran dan dewi kesuburan. Keunikan sawah berteras inilah yang membuat Jatiluwih dinominasikan masuk daftar UNESCO World Heritage sebagai warisan budaya dunia. Sesekali, para wisatawan juga akan melewati sungai, pura, atau rumah-rumah penduduk yang masih sederhana. Suasananya benar-benar menggambarkan suasana pedesaan yang damai. Untuk dapat menikmati panorama ini, para wisatawan dapat menggunakan sepeda atau jika ingin merasakan sesuatu yang berbeda, dapat menyewa sebuah mobil volkswagen sambil menikmati pemandangan di kanan kiri jalan.


 Di Jatiluwih, wisatawan dapat melakukan kegiatan atau aktivitas trekking dan bersepeda sambil menelusuri alam Jatiluwih yang masih natural serta melihat aktivitas masyarakat yang hampir sehari penuh disawah.
Selain itu wisatawan juga dapat menikmati atraksi budaya cara menanam padi yaitu mulai dari proses pertanian dan mapag toya, ngendag, mengolah tanah, tanam padi, mebiyukukung dan sampai panen padi. Menariknya, masih dipertahankannya padi lokal serta budidayanya masih menggunakan pupuk organik.
Pada setiap 210 hari sekali di hari Rabu Kliwon Ugu, juga wisatawan dapat melihat upacara petoyan yang diadakan di Pura Petali dengan menggelar tarian yang bersifat sakral yaitu tari wali pendet.
Di Jatiluwih juga terdapat aktifitas permainan air yang  berada di sebuah sungai yang dibendung aliran airnya. Dari sungai tersebut para wisatawan akan dibawa menuju lokasi permainan berikutnya yaitu arung jeram(rafting), dimana para wisatawan akan merasakan air sungai yang akan menghantam para wisatawan sepanjang sungai yang disusuri.


Setelah puas menelusuri panorama alam Jatiluwih para wisatawan dapat memanjakan lidah dengan berwisata kuliner mencicipi beraneka ragam kuliner khas bali yang terdapat pada deretan restoran dengan suguhan pemandangan alam yang sangat indah.


Panorama alam yang indah dengan daerah persawahan yang dibuat berundak serta terletak pada lembah kaki Gunung Batukaru dengan ketinggian 850 meter di atas permukaan laut merupakan daya tarik utama pada objek wisata ini. suasana pedesaan yang asri, masih sederhana dan tradisional yang menggambarkan bagaimana kehidupan masyarakat bali juga menambah daya tarik dari objek wisata ini. Selain itu telah dibangun juga beberapa fasilitas penunjang seperti tempat beristirahat(bale bengong), restoran dan fasilitas umum lainnya(toilet dan tempat parkir), serta penerimaan dan sambutan hangat dari masyarakat lokal yang akan semakin memanjakan para wisatawan dan membuat perjalanan mereka semakin berkesan. Sehingga diharapkan dapat membuat mereka  untuk tetap tinggal dan berkunjung kembali ke objek wisata ini.


Demikian beberapa identifikasi potensi wisata yang terdapat pada objek wisata Jatiluwih, namun tetap saja ada beberapa permasalahan yang sedang dihadapi oleh pengelola objek wisata tersebut. Dimana permasalahan tersebut dapat membuat belum banyaknya wisatawan yang berkunjung ke objek wisata tersebut, seperti akses jalan yang masih rusak, baik akses menuju ke objek wisata maupun akses dalam rute perjalanan yang disuguhkan untuk aktifitas berwisata seperti trecking dan bersepeda. Selain itu masih belum terdapat cenderamata yang diproduksi untuk menjadi cirri khas atau penanda dari objek wisata tersebut, untuk dibawa pulang oleh para wisatawan yang datang sebagai oleh-oleh maupun penanda bahwa ia pernah datang ke objek wisata tersebut.
On 08.55 by Unknown in , ,    No comments
      
            Pantai Balangan terletak di sebelah Utara pantai Dreamland & Selatan pantai Kuta, tepatnya di wilayah bukit Unggasan, Kelurahan Jimbaran, Kuta Selatan, Kabupaten Badung. Sekitar 10km dari Bandara Ngurah Rai, mempunyai garis pantai sekitar 1 km menghadap ke Utara, sehingga bisa melihat aktifitas Bandara serta perahu-perahu nelayan di pantai Kedonganan. Bisa ditempuh dengan sepeda motor atau mobil sekitar 35 menit perjalanan dari Denpasar.


Keberadaan pasir Pantai Balangan mempunyai tekstur pasir putih, sedikit agak kasar, pantai masih alami bersih, menyuguhkan sebuah ketenangan. Lokasinya sendiri tersembunyi di antara 2 tebing karang terjal, dengan deretan pohon kelapa di bibir pantai.

Dari tempat parkir, ada dua pilihan untuk dituju. Ke kiri tangga menuju pantai, sementara ke kanan menuju bukit dengan tebing terjal dari mana kita bisa menikmati pemandangan indah Pantai Balangan dari ketinggian ke arah selatan, dan pantai-pantai lain di Bali seperti Jimbaran dan Kuta ke arah utara.

Sementara itu menuruni tangga ke arah pantai anda akan menemukan keindahan yang sangat berbeda di kedua sisi pantai. Di sisi kiri terdapat bentangan pantai berpasir putih yang lembut, dengan barisan pohon kelapa yang melambai tertiup angin sebagai latar belakang. Di sisi kanan juga terdapat luasan pantai. Tetapi pantai ini bukan diselimuti pasir tetapi hamparan karang yang landai dengan warna yang hampir sama dengan warna pasir pantai di sebelahnya.

Selain pesona keindahan pantai yang masih alami, Balangan juga menjadi lokasi favorit para peselancar kelas dunia. Ini didukung dengan ombaknya yang tinggi, panjang, dan besar. Pantai ini sangat cocok bagi para peselancar yang menyukai tantangan. Pada saat cuaca sedang bersahabat dan air lautnya surut, selain baik untuk berenang anda dapat menikmati keindahan Pantai Balangan dengan menyusuri bibir pantainya. Saat berjalan anda dapat melihat berbagai makhluk laut seperti kepiting atau kelomang merayap keluar dan masuk dari tempat persembunyian mereka.

Selain itu rasa haus dan lapar juga akan terobati dengan singgah di sebuah café yang dikelola oleh masyarakat lokal. Menu yang ditawarkan sangat bervariasi. Apalagi es kelapa mudanya yang menjadi pilihan favorit wisatawan untuk melepas dahaga ambil menikmati pemandangan pantai, terutama pemandangan sunsetnya ketika senja tiba.

Pantai balangan adalah salah satu pantai menawarkan suasana alamnya masih asri dan belum diexploitasi oleh manusia. Berlibur kemudian berkunjung ke Pantai Balangan memberikan suasana pantai berbeda dibandingkan suasanan pesisir lainnya, sehingga memberikan pengalaman tak terlupakan.


Kalau pantai Pandawa sudah mendapat sentuhan komersil dan memberikan fasilitas bagi para pelancong, pantai Balangan ini masih belum serius penanganannya. Meskipun akses menuju pantai ini sudah bagus, namun begitu sampai di kawasan pantai, pengelolaan wisatanya masih sangat sederhana. 
On 08.35 by Unknown   No comments
Nama saya Ni Luh Putu Sarasswati, saya lahir di Kediri, Jawa Timur pada tanggal 29 Februari tahun 1996. Saat ini saya sedang duduk di bangku kuliah Fakultas Pariwisata Universitas Udayana program studi DIV Pariwisata.
Saya adalah seorang gadis yang realistis, optimistis dan selalu mempunyai harapan-harapan serta impian untuk masa depan. Dan saya bukanlah seseorang yang mudah menyerah untuk mendapatkan sesuatu yang saya inginkan.
Saya sangat menyukai perhitungan dan juga perencanaan, makanya saya bermimpi, suatu saat nanti saya akan membangun sebuah usaha dimana seluruh konsepnya berasal dari saya.